BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1.
Definisi
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal
yang mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan ( Bobak
LM; 2002; 1270)
Prolapsus uteri adalah
keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan
kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul
yang menyokong uterus.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli
disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini
fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.Persalinan
lama dan sulit,meneran sebelum pembukaan lengkap,laserasi dinding vagina bawah
pada kala II,penatalaksanaan pengeluaran plasenta,reparasi otot-otot dasar
panggul menjadi atrofi dan melemah.Oleh karena itu prolaps uteri tersebut akan
terjadi bertingkat-tingkat.
2.
Klasifikasi
Turunnya uterus dari tempat
yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam 3 tingkat yaitu :
a. Tingkat I apabila serviks
belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus masih di atas introitus vagina.
b. Tingkat II apabila serviks
sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus uteri belum
c.
Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah
berada diluar vulva atau introitus vagina
3. Etiologi
a.
Dasar panggul yang lemah, ok karena kerusakan dasar panggul pada
persalinan yang terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau
ok usia lanjut.
b.
Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.
c.
Ekspresi Crede yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.
d.
Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan
pengejan (obslipasi atau striktura pada traktus urinarius).
e. Relinakulum uteri yang lemah
(asteni atau kelainan congenital berupa kelemahan jaringan penyokong uterus
yang sering pada nullipara.
4.
Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan
sampai prolapsus uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan
pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang
tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar
panggul.Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik
akan memudahkan penurunan uterus,terutama apabila tonus otot-otot mengurang
seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian wanita
tersebut.dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus.Jika
fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric,ia akan
terdorong oleh kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan
vagina kebelakang yang dinamakan sistokel.Sistokel yang pada mulanya hanya
ringan saja,dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang
lancar,atau yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan
urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra.Pada divertikulum
keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya dibelakang urethra ada lubang
yang membuat kantong antara urethra dan vagina.kekendoran fasia dibagian
belakang dinding vagina oleh trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat
menyebabkan turunnya rectum kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina
menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel.Enterokel adalah hernia dari
kavum Douglasi.Dinding vagina bagian belakang turun dan menonjol ke
depan.Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.
5. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai
keluhan apapun,sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak
keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
a.
Perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.
b.
Rasa sakit di pinggul dan
pinggang(Backache).Biasanya jika penderita berbaring,keluhan menghilang atau
menjadi kurang.
c.
Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
1)
Miksi sering dan sedikit-sedikit.Mula
–mula pada siang hari,kemudian lebih berat juga pada malam hari
2)
Perasaan seperti kandung kencing tidak
dapat dikosongkan seluruhnya.
3)
Stress incontinence yaitu tidak dapat
menahan kencing jika batuk,mengejan.Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine
pada sistokel yang besar sekali.
d.
Retokel dapat menjadi gangguan pada
defekasi:
1)
obstipasi karena feces berkumpul dalam
rongga retrokel.
2)
baru dapat defekasi setelah diadakan
tekanan pada retrokel dan vagina.
e.
Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala
sebagai berikut:
1)
pengeluaran serviks uteri dari vulva
menggangu penderita waktu berjalan dan bekerja.Gesekan portio uteri oleh celana
menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
2)
lekores karena kongesti pembuluh darah di
daerah serviks dan karena infeksi serta luka pada portio uteri.
f.
Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat
di rongga panggul dan rasa penuh di vagina.
6.
Komplikasi
a. Keratinisasi mukosa
vagina dan portio uteri
b. Dekubitus
c. Hipertropi serviks uteri
dan elongasioa koli
d. Gangguan miksi dan stress
inkontinensia
e. Infeksi saluran kencing
f. Infertilitas
g. Gangguan partus
h. Hemoroid
i. Inkarserasi usus
7.
Pemeriksaan Penunjang
a. Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari,apakah portio pada normal atau portio sampai introitus vagina
atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
b. Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula panjangnya serviks
uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio kolli.
c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.Jika
dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam,kateter itu diarahkan kedalam
sitokel,dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding
vagina.Uretrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel,dekat pada oue.
Menegakkan diagnosis retrokel mudah,yaitu menonjolnya rectum kelumen vagina
1/3 bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang dari proksimal
kedistal,kistik dan tidak nyeri.
Untuk memastikan diagnosis,jari dimasukkan kedalam rectum,dan selanjutnya
dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina.Enterokel menonjol
kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.Pada pemeriksaan rectal,dinding
rectum lurus,ada benjolan ke vagina terdapat di atas rectum.
8.
Penatalaksanaan Medis
Faktor-faktor yang harus
diperhatikan: keadaan umum pasien, umur, masih bersuami atau tidak, tingkat
prolapsus, beratnya keluhan, keinginan punya anak lagi dan ingin mempertahankan
haid. Penanganan dibagi atas :
a.
Pencegahan
Faktor-faktor yang
mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran:
1)
Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi
cukup
2)
Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan
sebelum waktunya, Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih kosongkan),
episiotomi agar dijahit dengan baik, Episiolomi jika ada indikasi, Bantu kala
II dengan FE atau VE
b.
Pengobatan
1)
Pengobatan Tanpa Operasi
a)
Tidak memuaskan dan hanya bersifat sementara pada prolapsus uteri
ringan, ingin punya anak lagi, menolak untuk dioperasi, Keadaan umum pasien tak
mengizinkan untuk dioperasi
b)
Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul
dengan alat listrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium
dari cincin plastik.
Prinsipnya : alat ini
mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga uterus tak dapat turun
melewati vagina bagian bawah. Biasanya dipakai pada keadaan: Prolapsus uteri
dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas, Prolapsus uteri dengan
dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin dioperasi: keadaan umum yang
jelek
2)
Pengobatan dengan Operasi
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina.Maka,jika dilakukan
pembedahan untuk prolapsus uteri,prolapsus vagina perlu ditangani juga.ada
kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan,padahal tidak
ada prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu
dioperasi.Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina adalah adanya
keluhan.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari
beberapa factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau
untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan. Beberapa
pembedahan yang dilakukan antara lain:
a)
Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
b)
Histeraktomi vaginal
c)
Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
d)
Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi
Jika Prolaps uteri terjadi
pada wanita muda yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya cara yang
terbaik adalah dengan :
b)
Ventrofiksasi (bila tak berhasil dengan pemasangan pesarium)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Data Subyektif
1)
Sebelum Operasi
a)
Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
b)
Nyeri di daerah benjolan.
c)
Mual, muntah, kembung.
d)
Konstipasi.
e)
Tidak nafsu makan.
f)
Bayi menangis terns.
g)
Pada saat bayi menangis/mengejan dan batukbatuk kuat timbul benjolan.
2)
Sesudah Operasi
a)
Nyeri di daerah operasi.
b)
Lemas.
c)
Pusing.
d)
Mual, kembung.
b.
Data Obyektif
1)
Sebelum Operasi
a)
Nyeri bila benjolan tersentuh.
b)
Pucat, gelisah.
c)
Spasme otot.
d)
Demam.
e)
Dehidrasi.
f)
Terdengar bising usus pada benjolan.
2)
Sesudah Operasi
a)
Terdapat luka pada selangkangan.
b)
Puasa.
c)
Selaput mukosa mulut kering.
d)
Anak / bayi rewel.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Sebelum Operasi
1)
Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin (kesulitan eliminasi)
2)
Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
3)
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inkontenensia
urin
b.
Setelah Operasi
1)
Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
2)
Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.
3)
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
4)
Resiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.
5)
Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang
informasi.
3.
Intervensi dan Implementasi
a.
Sebelum Operasi
1)
Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin (kesulitan eliminasi)
Tujuan: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24
jam.
Hasil yang diharapkan :
a)
Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
b)
Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya,
Rencana tindakan :
a)
Observasi tanda-tanda vital
b)
Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
c)
Jelaskan penyebab rasa sakit, cars menguranginya.
d) Beri posisi senyaman mungkin bunt pasien.
e)
Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi = tarik nafas dalam.
f)
Bed obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
g)
Ciptakan lingkungan yang tenang.
2)
Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
Tujuan: Cemas berkurang
Hasil yang diharapkan : Ekspresi wajah
tenang.
Rencana tindakan :
a)
Kaji tingkat kecemasan pasien.
b)
Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa,
jam operasi.
c)
Dengarkan keluhan pasien
d) Beri kesempatan anak untuk bertanya.
e)
Jelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar operasi
dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
f)
Jelaskan tentang keadaan pasien setelah dioperasi.
3)
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inkontenensia
urin
Tujuan: Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Hasil yang
diharapkan : Turgor kulit elastis.
Rencana tindakan
a)
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b)
Timbang berat baclan anak tiap hari.
c)
Pasang infus clan NGT sesuai program dokter.
b.
Sesudah Operasi
1)
Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24
jam.
Hasil yang, diharapkan : Nyeri berkurang,
secara bertahap.
Rencana tindakan :
a)
Kaji intensitas nyeri pasien.
b)
Observasi tanda-tanda vital dan keluhan pasien.
c)
Letakkan anak pada tempat tidur dengan teknik yang tepat sesuai dengan
pembedahan yang dilakukan.
d) Berikan posisi tidur yang menyenangkan dan aman.
e)
Anjurkan untuk sesegera mungkin anak beraktivitas secara bertahap.
f)
Berikan therapi analgetik sesuai program medis.
g)
Lakukan tindakan keperawatan anak dengan hati-hati.
h)
Ajarkan tehnik relaksasi.
2)
Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.
Tujuan: Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Hasil yang diharapkan: Turgor kulit elastis, tidak kering, Mual dan muntah ticlak
ada.
Rencana tindakan :
a)
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b)
Monitor pemberian infus.
c)
Beri minum & makan secara bertahap.
d) Monitor tanda-tanda dehidrasi.
e)
Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
f)
Timbang berat badan tiap hari.
g)
Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
3)
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan: Kerusakan integritas kulit teratasi
Hasil yang diharapkan: Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak. tidak
ada perdarahan.
Rencana tindakan :
a)
Observasi keadaan luka operasi dari tandatanda peradangan : demam, merah,
bengkak dan keluar cairan.
b)
Rawat luka dengan teknik steril.
c)
Jaga kebersihan sekitar luka operasi.
d) Beri makanan yang bergizi dan dukung pasien untuk
makan.
e)
Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi clan lingkungannya.
f)
Ajarkan keluarga dalam perawatan luka operasi.
4)
Resiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.
Tujuan: Hipertermi teratasi
Hasil yang diharapkan :
a)
Luka operasi bersih, kering, ticlak bengkak. ticlak ada perdarahan.
b)
Suhu dalam batas normal (36-37°C)
Rencana tindakan :
a)
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b)
Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
c)
Beri kompres hangat.
d) Monitor pemberian infus.
e)
Rawat luka operasi dengan tehnik steril.
f)
Jaga kebersihan luka operasi.
g)
Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
5)
Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang
informasi.
Tujuan: Klien tahu bagaimana cara merawat luka operasi
Hasil yang diharapkan :
a)
Orang tua mengerti tentang perawatan luka operasi.
b)
Orang tua dapat memelihara kebersihan luka operasi clan perawatannya.
Rencana tindakan :
a)
Ajarkan kepada orang tua cara merawat luka operasi & menjaga
kebersihannya.
b)
Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin diketahuinya.
c)
Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
d) Jelaskan tentang perawatan dirumah, balutan jangan
basah & kotor.
e)
Anjurkan untuk meneruskan pengobatan/ minum obat secara teratur di rumah,
dan kontrol kembali ke dokter.
4.
Evaluasi
a.
Sebelum Operasi
1)
Mendapatkan peredaan nyeri.
2)
Mengalami
redanya nyeri saat beristirahat.
3) Mengalami ketidaknyamanan minimal sebelum
operasi dan setelah operasi
4) Klien menyatakan kecemasan berkurang dan siap menjalani operasi
5) Klien mendapat asupan volume cairan yang adekuat
b.
Setelah Operasi
1) Mendapatkan peredaan nyeri.
2) Klien mendapat asupan volume cairan yang adekuat
3) Integritas kulitklien baik.
4) Turgor kulit baik
5) Suhu tubuh klien dalam batas normal.
6) Mendapatkan pengetahuan mengenai prolaps
uteri dan program penanganannya.
7) Menyebutkan bagaimana perawatan luka operasi
yang baik dan benar