BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan
laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas
dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). ISPA adalah suatu penyakit yang
terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara
maju dan sudah mampu. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting
karena menyebabkan kematian bayi dan
balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Kematian seringkali
disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering
disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.
ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena
pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita
Bedasarakan masalah diatas, kami tertarik untuk membahas
ISPA pada anak dalam makalah ini. Kami juga akan membahas asuhan keperawatan
pada anak dengan ISPA. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
yang efektif, dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden
pneumonia melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
- Tujuan
Penulisan
Setelah membaca makalah ini mahasiswa mendapat gambaran
tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA.
- Ruang
Lingkup Penulisan
Di dalam makalah ini dibahas ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) secara
teoritis.
- Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metoda
deskriptif yaitu dengan mempelajari berbagai referensi yang terkait dengan ISPA
pada anak, kemudian mendiskusikan dengan pembimbing dan dituangkan dalam
narasi.
- Sistematika
Penulisan
Makalah Asuhan Keperawatan
ISPA pada Anak ini disusun secara
sistematis yang terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan masalah, ruang
lingkup penulisan, metoda penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka, yang meliputi definisi ISPA pada anak, anatomi fisiologi
pernafasan, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan,
serta asuhan keperawatan.
BAB III : Penutup yang
meliputi simpulan.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
- KONSEP
DASAR
1. Pengertian
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu
keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami
inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan
menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel
& Ian Roberts; 1990; 450).
Saluran pernafasan
menurut anatominya dapat dibagi menjadi saluran pernafasan atas, yaitu mulai
dari hidung sampai laring, dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring
sampai alveoli (Nelson, 1983; Said dkk, 1989). Dengan demikian, infeksi saluran
pernafasan akut dapat dibagi menjadi ISPA atas dan ISPA bawah. Yang dimaksud
ISPA atas ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi susunan saluran
pernafasan di atas laring, sedangkan ISPA bawah ialah infeksi akut yang secara
primer mempengaruhi saluran pernafasan bawah laring (Nelson, 1983).
2. Anatomi
Fisiologi
a.
Fungsi umum sistem
pernafasan :
1) Sirkulasi (pertukaran) gas O2 & CO2 seluler
2) Menekan abdomen selama eliminasi urin dan feces dan melahirkan
3) Proses batuk dan bersin, merupakan reflek protektif.
4) Menghasilkan suara dan resonansi
b. Anatomi pernafasan :
1)
Hidung: terjadi proses respires,
filtrasi, penghangatan, dan pelembaban.
2)
Faring dan Larynx :
terjadi vokalisasi, produksi suara cegah
terjadi aspirasi ke dalam trakheobronchial; saat menelan katup menutup, pita
suara tertutup, katup saat batuk.
3)
Trachea : berfungsi sekresi
mucus. Di dalamnya terdapat Pseudostratified ciliated columnar epithelium
memiliki sel goblet yang fungsinya memicu refleks batuk.
4)
Bronchus : terdiri dari dua bagian, yaitu
bronkus kanan (lebih pendek, besar & memiliki lumen yg besar, terdiri dari
lobus atas, tengah & bawah) dan bronchus kiri (terdiri dari lobus atas
& bawah). Fungsi bronkus adalah
menyediakan tempat laluan jalannya udara yang dibawa masuk ke dalam paru-paru
dan untuk mengeluarkan udara.
3. Etiologi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka
kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/
kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi
yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh
anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan
penyebab utama yakni golongan A b-hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
4. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan
berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran
pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas
bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan
refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick,
1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan
timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding
saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak
terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa
yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA
yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya
infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan
mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen
yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia,
haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak
tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan
sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga
timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri
ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi
virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak (Tyrell, 1980).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem
imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama
dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang
terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada
saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa
sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa
saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini
dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita
belum menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala
penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal
akibat pneumonia.
5. Tanda
dan Gejala
a. Demam, gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan
sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya
infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi
pada meningens, biasanya terjadi selama periodik anak mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua anak yang
mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat
tetapi juga bisa selama anak tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild
transient diare), seringkali terjadi
mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada
abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh
karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya
infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i.
Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 2001; 825).
6. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang
lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan
hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan
pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).
7. Penatalaksanaan
Penemuan
dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat
pada pengobatan penyakit ISPA)
Pedoman
penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit
ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan
ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
a.
Upaya pencegahan
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap
baik.
2) Immunisasi.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan
penderita ISPA.
b. Pengobatan dan perawatan
Prinsip
perawatan ISPA antara lain :
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam
perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi
3) Bila demam beri kompres dan banyak
minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek
bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
5) Bila badan seseorang demam gunakan
pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap
berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan
antara lain :
1) Mengatasi panas (demam) dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam
harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2
hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi
obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan:
1) Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
2) Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
3) Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti
yang dialaminya sekarang)
4) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien)
5) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
b. Pemeriksaan fisik: difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
1) Inspeksi
a) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema
c) Tampak batuk tidak produktif
d) Tidak ada jaringan parut pada leher
e) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping
hidung.
2) Palpasi
a) Adanya demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
a)
Suara paru normal
(resonance)
4) Auskultasi
a) Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
2. Diagnosa
a.
Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri.
b.
Cemas b.d. penyakit yang dialami
oleh anak, hospitalisasi pada anak
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik
dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
d.
Resiko infeksi b.d. keberadaan organisme infektif.
e. Intoleransi aktifitas
b.d. proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
f. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil
g. Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak
3. Perencanaan
dan Implementasi
a.
Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan
meningkatnya suplai oksigen ke
paru-paru.
Intervensi :
1)
Berikan posisi yang
nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
2)
Ciptakan dan
pertahankan jalan nafas yang bebas.
3)
Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju
yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat.
4)
Berikan O2 dan
nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
5)
Berikan obat sesuai
dengan instruksi dokter (bronchodilator).
b.
Cemas b.d. penyakit yang dialami
oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria hasil: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.
Tujuan : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria hasil: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.
Intervensi :
1)
Berikan informasi
secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan).
2)
Berikan dorongan
secara moril kepada orang tua.
3)
Jelaskan terapi yang
diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
4)
Anjurkan kepada
keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak
jelas.
5)
Anjurkan kepada
keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
6)
Observasi tingkat
kecemasan yang dialami oleh keluarga.
c.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh
sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang
bersih dan paten, meningkatnya pengeluaran sekret.
Intervensi
:
1)
Lakukan penyedotan
sekret jika diperlukan.
2)
Cegah jangan sampai
terjadi posisi hiperextensi pada leher.
3)
Berikan posisi yang
nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone danside
lying position).
4)
Berikan nebulizer
sesuai instruksi dokter.
5)
Anjurkan untuk tidak
memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea.
6)
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.
7)
Berikan kelembaban
udara yang cukup.
d.
Resiko infeksi b.d. keberadaan organisme
infektif.
Tujuan :
Apakah tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sekunder dengan
kriteria
hasil : anak menunjukkan bukti gejala infeksi berkurang.
Intervensi
:
1)
Mempertahankan aseptis lingkungan, menggunakan kateter penghisap
steril dan cuci tangan
2) anak diisolasi seperti yang disarankan (untuk mencegah penyebaran infeksi
nosokomial)
3)
beri antibiotik
sesuai resep
(untuk mencegah atau mengobati infeksi)
4)
Menyediakan diet nutrisinya sesuai dengan
preferensi anak dan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan (untuk mendukung
pertahanan alami tubuh)
5)
Mendorong fisioterapi dada yang
baik
6) Ajarkan anak dan
manifestasi keluarga / atau penyakit
e. Intoleransi aktifitas
b.d. proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
Tujuan : akan mempertahankan tingkat energi yang memadai dengan kriteria hasil : anak dapat bermain, terlihat tenang dan
terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan usia dan kemampuan, anak tidak mengalami peningkatan gangguan pernapasan saat beraktifitas,
peningkatan toleransi aktifitas.
Intervensi :
1)
menilai tingkat fisik toleransi anak
2)
membantu anak dalam kegiatan hidup sehari-hari
yang mungkin berada di luar toleransi
3)
menyediakan kegiatan diversional sesuai dengan
usia anak, kondisi, kemampuan.
4)
menyediakan kegiatan bermain diversional yang mempromosikan
istirahat dan tenang namun mencegah kebosanan dan penarikan
5)
menyediakan waktu istirahat dan tidur sesuai
dengan umur dan kondisi
6)
menginstruksikan anak untuk beristirahat ketika
merasa lelah
7) keseimbangan
istirahat dan aktivitas saat berjalan
f. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil Tujuan
: nyeri berkurang/terkontrol dengan kriteria
hasil : anak tidak memiliki tingkat rasa sakit atau rasa sakit dapat diterima
Intervensi :
1)
Teliti keluhan nyeri,
catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang memperburuk atau
meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.
2)
Anjurkan klien untuk
menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok, dan
mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
3)
Anjurkan untuk melakukan
kumur air hangat
4) Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi,
& analgesik)
g. Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak
Tujuan : akan mengalami penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan.
Kriteria Hasil : orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi anak dan perawatan tenang, dan menjadi positif terlibat dalam perawatan anak
Tujuan : akan mengalami penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan.
Kriteria Hasil : orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi anak dan perawatan tenang, dan menjadi positif terlibat dalam perawatan anak
Intervensi
:
1)
mengakui perhatian orang tua dan perlunya informasi dan dukungan
2)
mengeksplorasi perasaan keluarga dan masalah sekitar rumah sakit
dan penyakit anak
3) menjelaskan perilaku terapi anak
4)
memberikan dukungan yang dibutuhkan
5)
mendorong keluarga berpusat perawatan dan
mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anak.
4. Evaluasi
a.
Pola nafas kembali
efektif
b.
Tidak ada rasa cemas pada
anak dan orang tua.
c. Fungsi
pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.
d.
Tidak terjadi infeksi pada anak
e. Anak
dapat mentoleransi aktifitasnya
f. Anak dapat mentoleransi nyeri akut, nyeri berkurang.
g. Tidak
terjadi perubahan proses keluarga
BAB III
PEMBAHASAN
Nama Anak : Nabila Susanti Nama Ibu : Maryam
Umur : 11 bulan Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : A. Mujeng
Tanggal : Selasa, 22 Juni 2010
Jam : 10.20 WIB
S : Ibu datang ke Poli Anak II Rumah Sakit Ibu Dan Anak bersama anaknya. Ibu mengatakan anaknya batuk berdahak, pilek dan demam sudah 2 hari yang lalu. sudah diberikan obat penurun panas semalam tapi demamnya belum juga turun. Ibu kahawatir dengan keadaan anaknya dan anaknya masih diberikan ASI dengan tambahan makanan lain seperti pisang dan nasi.
O : BB : 8 Kg
T : 37,30C
RR : 40x/m
Denyut jantung : 100x/m
Auskultasi : Tidak ada retraksi dada saat bernafas
A : Bayi 11 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
k/u bayi baik
P : • Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu → bayi dengan ISPA
Menjelaskan pengertian penyakit ISPA yaitu merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru → Ibu sudah mengerti pengertian dari penyakit ISPA.
Menjelaskan penyebab penyakit ISPA yakni dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus → Ibu sudah mengerti penyebab dari penyakit ISPA.
Menganjurkan ibu untuk menghindari kontak langsung bayinya dengan teman seumurnya atau anggota keluarga yang lain karena penyakit ini dapat menular melalui udara → Ibu sudah mengerti.
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASInya kepada bayi → Ibu bersedia memberikan ASInya kepada bayi.
Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan yang banyak penyedap dan pengawet kepada bayinya → Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya.
Memberikan terapi oral untuk bayi :
Cefadroxil sirup 2 x 1
Paracetamol sirup 3 x 1
GG ½ tab
Efedrin ¼ tab di pulvis X bungkus 3x1 bks
Metil prednisone ¼ tab
Xanvit sirup 3 x 1
Menjelaskan kepada ibu apabila dalam 2 hari demam tidak juga turun, ibu harus segera datang ke tenaga kesehatan terdekat → Ibu sudah mengerti.
Umur : 11 bulan Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : A. Mujeng
Tanggal : Selasa, 22 Juni 2010
Jam : 10.20 WIB
S : Ibu datang ke Poli Anak II Rumah Sakit Ibu Dan Anak bersama anaknya. Ibu mengatakan anaknya batuk berdahak, pilek dan demam sudah 2 hari yang lalu. sudah diberikan obat penurun panas semalam tapi demamnya belum juga turun. Ibu kahawatir dengan keadaan anaknya dan anaknya masih diberikan ASI dengan tambahan makanan lain seperti pisang dan nasi.
O : BB : 8 Kg
T : 37,30C
RR : 40x/m
Denyut jantung : 100x/m
Auskultasi : Tidak ada retraksi dada saat bernafas
A : Bayi 11 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
k/u bayi baik
P : • Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu → bayi dengan ISPA
Menjelaskan pengertian penyakit ISPA yaitu merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru → Ibu sudah mengerti pengertian dari penyakit ISPA.
Menjelaskan penyebab penyakit ISPA yakni dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus → Ibu sudah mengerti penyebab dari penyakit ISPA.
Menganjurkan ibu untuk menghindari kontak langsung bayinya dengan teman seumurnya atau anggota keluarga yang lain karena penyakit ini dapat menular melalui udara → Ibu sudah mengerti.
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASInya kepada bayi → Ibu bersedia memberikan ASInya kepada bayi.
Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan yang banyak penyedap dan pengawet kepada bayinya → Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya.
Memberikan terapi oral untuk bayi :
Cefadroxil sirup 2 x 1
Paracetamol sirup 3 x 1
GG ½ tab
Efedrin ¼ tab di pulvis X bungkus 3x1 bks
Metil prednisone ¼ tab
Xanvit sirup 3 x 1
Menjelaskan kepada ibu apabila dalam 2 hari demam tidak juga turun, ibu harus segera datang ke tenaga kesehatan terdekat → Ibu sudah mengerti.
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Penyakit
ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Penatalaksanaan
dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta
masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk
menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr.
yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley & wong. (1991). Nursing
Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year
book. Inc
Wong, Donna L. 2001. Essential’s
of Pediatric Nursing Sixth Edition. St. Louis: Mosby.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.